Postingan

Apaan?

Sebelum Pagi derai-derai khawatir mengembun di kaca jendela ruah membubung ke langit suram di tepi halaman daun-daun mangga mendesau angkasa tetap gelap seperti semalam rembang cahaya gemintang rambang menemui pipiku mengusap sebagian risau yang menderau dari riuh alam batin dedaun mangga itu kulihat terus mendesau LK, 2 Maret 2019

Beberapa Hari Lalu di Longos

Pergi Mengaji lubang semut itu pun  basah oleh hujan  di suatu siang  yang terik senja kemudian berhambur di langit oranye nampak cahaya saling berkejaran berebut ufuk seperti saat si kembar  duduk meminta rangkul kepada ibunya di sore yang gembira itu anak-anak berlari melintasi lubang semut di hilir selokan menuju langgar   setelah ibu-ibu mereka menindih buah malas hasil jerih payah pertarungan seharian dengan tanah, daunan, dan ranting-ranting cokelat di pinggir-pinggir sungai kering dengan pandang sungguh teduh di dada mereka Alquran di kantong mereka batang lidi seukuran telunjuk di musim-musim tua nanti berlembar kertas itu akan menghampar menutupi  tanean-tanean lanjhang sementara lidi kecil itu bakal sedia menumbuh   bibit-bibit paham rasa terhadap sesiapa saja Longos, 30 Januari 2019

Namanya Daviatul Umam

Lelaki Poteran rumahmu begitu jauh di hamparan luas laut tempat ikan-ikan gemulai menari menggapai mimpi di sana pula anganmu membentang gaduh membentur karang membangunkan tidur panjang rumput laut meresah semakin sebab bersama aku kau ingin berdayung sedang aku hanya mampu melambai-lambai di tepi pantai menyulut harap kau sampai ke titik matahari timbul dan tenggelam meski sesekali memintamu ke tepian menemui rinduku yang kesakitan sesungguhnya aku tak tahu bagaimana cara membawamu pulang ke rumah membantali tidurmu dengan rayuan menyelimutimu dengan senyuman tapi kuberanikan diri merengek pada ibu tertumpah air mataku di hadapannya harapku yang panjang: restunya hilir ke hatiku daviatul umam riuh-tenang angin musim bersaksi atas kepatuhan doamu gelombang bergemuruh berkati sujud hatimu kau tahu dadaku menjelma laut harap saat september berdenting di tanggal hampir sebegini tua daviatul umam dunia begitu pengap soal kein

Apa namanya?

Kepergian Puisi             :Dananil Qayyum                                         puisi meminta izin untuk pergi ia mengemasi lipatan kata-kata di lemari dan kenangan yang terserak di kepala seorang gadis lamat-lamat baunya berdenyar rumah itu menjadi sepi suara kecuali bunyi pintu berderit-derit barangkali suara yang terbit dari ufuk rasa takut kehilangan di beranda, seorang gadis kecil bercucuran air mata tangannya yang mungil memukul-mukul udara mungkin menangisi puisi di dalam kamar atau pula kenangan yang menghunjam ke dadanya luas halaman rumah membentang pasrah ranting kering berserakan diterbangkan angin seperti sedang membaca hati yang perlahan kelebihan degap puisi pamit air mata gadis kecil itu pun semakin merinai hujan LK, 03 Oktober 2018

Seharusnya santri

Doa Kiai pukul tiga pagi saat burung-burung masih tidur di atas masjid warna langit hitam-kelam pendar cahaya lampu membentuk seamsal jalan menuju negeri di atas awan surga damai para kekasih kubah masjid yang hijau rekah dalam pekat dari dalam jelaga sebelum bunga-bunga mimpi bermekaran ada yang lebih dulu bersunyi-sunyi mengakrabi desir gelombang lautan doa sajadah dan nasib seluruh dada dibasahi air mata pukul sebelas malam saat burung-burung telah tidur ada yang masih duduk setia memutar biji-biji tasbih merawat pohon istikamah di hatinya agar tak layu bebunga iman dan terus menerus ranum buah dawuh yang jatuh dari sejuk bibirnya sebentar lagi ayam pasti berkokok membangunkan apa saja selain doa kiai yang terus melambung di udara Annuqayah, September-Oktober 2018 Pulang dari Surau aku berlari menembus gelap malam hari pohon nyiur sepanjang jalan menuntunku pulang di kejauhan cahaya lampu rumah kelihatan

Puisi(ai)

Kepada Rinjani selama ini lusuh di dadaku, terhapus sudah jika pulang kepadamu melulu bunga-bunga liar nan gagah musang yang tabah trenggiling yang saktah adalah sekumpulan indah tanpa banding rupiah hamparan awan gulungan diam sejodoh kasih tuhan bagi aku dan banyak kawan-kawan apa kabar keindahanmu kini, Rinjani? belumlah genap hati ini memanggil cinta pada lekuk tubuhmu yang menyibak takjub kelewat ruah sudah kami cecap pahit hadiah musibah dari denyut nadimu yang barangkali marah. padahal di teduh kakimu kami temukan jutaan kenangan tentang hutan-hutan yang hijau memenuhi ingatan. harus kami tanam di mana seluruh kacau kenangan ini, air peluh, tumbuhan sesak dan tunastunas mimpi yang patah? kami tidak ingin mewariskan ladang kesunyian bagi anak cucu. maka bawakan lagi kedamaian bagi lahan tegar kami jika seluruh air mata ini adalah nyata anugerah kasih sang segala maha. 28 Agustus 2018

Kiai yang Guru dalam Ruang Kenang (Kami)

Kiai. Lakab yang disematkan kepada tokoh alim di dalam disiplin ilmu keislaman. Dalam tatanan kehidupan pesantren ia merupakan sosok paling esensial. Kiai merupakan penentu gerak laju sebuah pesantren. Pesantren mampu ‘bertahan’ dan bersaing dengan pesantren atau lembaga pendidikan   lain, tegantung bagaimana kiai-nya mampu jua bertahan disana. Pesantren mampu mencetak santri-santri akademisi tidak luput dari bagaimana seorang kiai mampu berperan di dalamnya. Sebagai penerus Nabi, segala hal yang bersumber dari kiai akan diikuti tanpa berpikir dua kali oleh masyarakat pesantren (santri). Jika seorang kiai memerintah untuk ke arah barat, para santri akan melangkah ke barat dengan patuh. Jika kiai memerintah melangkah ke utara, maka yang bergerak maju ke selatan dianggap melanggar dan tidak patuh. Di Madura, kiai merupakah figur panutan yang demikian ditaati. Ia menempati kedudukan nomor dua dalam stratifikasi sosial masyarakat Madura setelah ibu dan ayah. Hal tersebut tertuang jelas